Menyambut Lahirnya Teknologi 4G di Pasar Indonesia

Perlukah Kita Layanan 4G?

Menyambut Lahirnya Teknologi 4G di Pasar Indonesia

Oleh: Nicky Satrio Sugiharto

Seorang mahasiswa, sebut saja Budi sedang kebingungan. Budi sedang gigit jari menunggu melampirkan tugas makalahnya ke surat elektronik untuk dikirim ke dosennya karena batas waktu pengumpulan sudah dekat. Tentunya yang pernah mengalami kejadian seperti Budi banyak sekali. Hal ini tidak lain karena penuhnya kapasitas jaringan internet di Indonesia. Dengan penduduk terbanyak kelima tidak heran hal ini terjadi. Maka diperlukan teknologi yang bisa mengatasi masalah tersebut.

Sebelumnya kita lihat lagi si Budi. Budi merupakan mahasiswa indekos yang menggunakan modem wireless sebagai koneksinya ke internet. Maklum, untuk berlangganan layanan internet kabel atau fixed wireless broadband belum sampai ke daerahnya dan kalaupun sampai masih terlalu mahal. Inipula yang dialami masyarakat Indonesia lainnya pada umumnya. Daya beli masyarakat masih rendah dan pemahaman akan teknologi juga tidak mencukupi. Namun hal ini tidak menutup keinginan masyarakat Indonesia untuk berselancar di dunia maya.

Dapat dikatakan masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang unik. Penetrasi internet di Indonesia masih jauh di bawah negara-negara tetangga, yakni di bawah 10 persen. Sedangkan Malaysia dan China sudah di atas 50 persen. Penetrasi komputer pribadi juga sangat rendah yakni hanya 4% dari keseluruhan populasi. Namun menurut statistik dari Facebook.com, Indonesia merupakan pengguna terbesar ketiga layanan sosial tersebut. Penggunanya mencapai 26.870.640 sejak September 2010 atau mencapai 10% populasi keseluruhan. Lalu darimana masyarakat Indonesia melakukan aktivitasnya di dunia maya?

Rupanya karena mahalnya untuk memiliki komputer pribadi, masyarakat Indonesia lebih memilih berselancar dari ponselnya. Sejak masuknya perusahaan-perusahaan Cina ke pasar, harga handphone dengan kemampuan tersambung ke internet menjadi sangat terjangkau meskipun masyarakat hanya menikmati layanan hingga EDGE saja. Masyarakat mulai mengenal berbagai jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, dan forum lokal kaskus.us. Bahkan ada beberapa orang yang tidak tahu bahwa jejaring sosial tersebut yang selama ini dia akses merupakan dunia maya alias internet. Maka tidak heran jika angka penetrasi internet begitu rendah. Rupanya orang-orang sendiri tidak tahu mereka sedang menggunakan internet!

Dengan demikian tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sambungan ke dunia maya serta berbagai layanan yang ditawarkannya telah menjadi bagian yang terintegrasi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Secara perlahan semua lapisan masyarakat akan merasakan manfaat dan pentingnya memiliki sambungan ke internet meski hanya melalui ponsel. Hal ini juga didukung dengan banyaknya produk-produk yang ditawarkan operator agar layanan ini semakin terjangkau. XL misalnya, memiliki layanan unlimited broadband yang sangat terjangkau dan termasuk yang termurah dikelasnya. XL menawarkan dua jenis paket yakni paket harian (Rp5rb/hari tanpa batas pemakaian) dan paket bulanan (Rp99rb/bulan tanpa batas ditambah bonus 150 menit bicara, 150 SMS dan 15 MMS) sehingga pelanggan dapat merasakan terlebih dahulu berselancar di dunia maya sebelum berlangganan dalam jangka waktu yang panjang. Hal ini merupakan strategi jitu untuk menarik masyarkat karena masyarakat dapat mencicipi dahulu koneksi broadband dan merasakan manfaatnya dengan biaya yang relatif murah. Layanan seperti produk buatan XL ini yang merupakan pintu gerbang untuk masyarakat Indonesia terhubung keseluruh dunia.

Namun mengapa kasus seperti Budi yang diatas banyak dijumpai? Lalu apakah banyaknya layanan internet hanya terbatas pada jejaring sosial yang marak digunakan masyarakat sekarang? Sudah adakah kebutuhan pelanggan untuk menikmati layanan berkecepatan tinggi?

Seperti yang telah dikatakan, Indonesia merupakan salah satu negara terpadat di dunia. Maka tidak heran bahwa bandwidth atau kapasitas jaringan untuk melayani pelanggan dengan cepatnya habis. Paradigma juga semakin berubah dengan penggunaan mobile internet (melalui smartphone misalnya) lebih banyak ketimbang fixed connection (seperti dari komputer pribadi). Selain itu telah tersedia banyak jenis layanan baru seperti video call (misal dengan skype), layanan berbasis lokasi (seperti foursquare.com dan koprol.com) dan video streaming. Rupanya layanan 3G tidak cukup untuk menjawab semua kebutuhan yang diinginkan pelanggan. Perlu pengimplementasian teknologi baru. Disinilah masuknya era teknologi 4G.

Apa itu 4G

Secara keseluruhan 4G merupakan metode baru cara menggunakan gelombang sinyal. 4G lebih didesain untuk pengiriman data daripada suara, lain halnya dari 2G yang berfokus pada layanan suara (seperti telepon) dan data hanya merupakan layanan tambahan. Hal ini dapat dilakukan karena digunakan teknologi yang sama dengan teknologi pada WiFi. Ada dua pendekatan 4G yakni LTE yang dikembangkan oleh 3GPP dan WiMax yang dikembangkan oleh IEEE.

Teknologi 4G merupakan teknologi baru yang menstandarkan sebuah koneksi all-IP nirkabel yang dapat mencapai kecepatan hingga 100 Mbit/s untuk koneksi bergerak  dan 1Gbit/s untuk koneksi rendah mobilitas (seperti koneksi nirkabel lokal). Pada intinya, 4G menawarkan layanan data lebih cepat yang ubiquitous (ada di mana-mana). Dengan teknologi pemancaran baru, pelanggan dapat merasakan koneksi internet secepat wifi dengan cakupan yang luas.

Pada umumnya  kita semua setuju bahwa kecepatan data lebih tinggi pasti merupakan hal yang lebih baik. Lalu apa yang menghalangi penerapannya secara luas? Pertama, kebanyakan operator belum mendapatkan kembali hasil investasi mereka pada pengimplementasian 3G. Meski penggunaan internet di Indonesia cukup tinggi, namun perangkat yang dapat melakukan transfer data melalui 3G relatif mahal dan tidak terjangkau masyarakat. Lebih banyak handphone berteknologi EDGE sehingga transfer data masih melalui jalur 2G. Rasanya sulit untuk para operator untuk melakukan investasi miliaran rupiah untuk pemasangan pemancar untuk layanan 4G disaat mereka belum meraup keuntungan dari 3G. Kedua, tidak semua masyarakat Indonesia memerlukan koneksi dengan kecepatan sangat tinggi. Seperti yang telah saya katakan diatas, kebanyakan masih menggunakan internet hanya sebatas Facebook, Twitter, dan situs-situs biasa lainnya. Masih jarang kita jumpai kebutuhkan koneksi yang membutuhkan pengiriman data yang intensif seperti video streaming atau mengunduh file-file besar. Hal-hal ini tentunya menjadi pikiran para CEO dan CFO operator dalam menerapkan layanan baru.

Namun tidak berarti penerapan 4G secara cepat tidak ada untungnya. Tentunya operator yang dapat menerapkan teknologi baru ini duluan akan menjadi pendobrak pasar serta meningkatkan persaingan dengan operator lainnya. Penerapan 4G yang awal bisa menarik pelanggan yang banyak sehingga meningkatkan market share sebuah operator. Selain itu peningkatan kapasitas jaringan yang ditawarkan 4G memastikan bahwa pertambahan jumlah pelanggan ini tidak mempengaruhi grade of service yang ditawarkan. Ditambah lagi penerapan 4G maka akan ada berbagai kesempatan untuk layanan baru misalnya Digital TV dimana pelanggan dapat berlangganan untuk melihat siaran televisi secara mobile atau layanan koneksi nirkabel kecepatan broadband. Layanan baru ini dapat membuka berbagai pasar baru dan meperluas cakupan sebuah operator dari hanya menjadi penyedia layanan telepon biasa hingga masuk ke pasar penyiaran dan layanan broadband. Kecepatan dan keandalan layanan juga sangat mendukung online game dimana perbedaan delay milidetik sangat berpengaruh

Memang penerapan saat ini sepertinya akan sulit dan tidak tepat guna melihat karakteristik penggunaan data di Indonesia. Namun dengan keberadaan teknologi baru ini akan membuka banyak kesempatan baru yang sebelumnya tidak ada. Kesempatan itu baik buat operator untuk meningkatkan persaingan dan juga untuk konsumen sebagai kesempatan merasakan pengalaman koneksi yang lebih berkualitas dengan layanan yang lebih beragam.

Akhir kata, teknologi 4G bukanlah teknologi masa depan. 4G adalah teknologi hari ini yang telah hadir sekarang juga. Meski sulit mendapatkan pembenaran untuk penerapannya dalam jangka dekat ini, keuntungan pengimplementasiannya akan terasa pada jangka panjang. Maka teknologi 4G harus sangat dipertimbangkan agar kita dapat menuai keuntungannya di masa depan.

Nicky Satrio Sugiharto

Mahasiswa Teknik Telekomunikasi

Institut Teknologi Bandung

Leave a comment

No comments yet.

Comments RSS TrackBack Identifier URI

Leave a comment

  • Nicky Satrio

    Mahasiswa Elektro ITB 2007 Memiliki sifat melankolis-koleris (menurut tes).
    Kagak ngerti cara ngeblog,
    Kagak ngerti fotografi,
    tapi suka kedua-duanya.
  • Blog Stats

    • 9,433 hits
  • Wordpress Links